IHSG Gak Sendirian Bursa Asia Babak Belur Shanghai Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (14/7/2021), menyusul tingginya inflasi Amerika Serikat (AS) yang melebihi perkiraan sehingga memicu kekhawatiran bahwa kondisi sekarang bakal membuat bank sentral AS kian hawkish.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,38% ke level 28.608,49, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,63% ke 27.787,46, Shanghai Composite China ambruk 1,07% ke 3.528,50, dan Straits Times Singapura terdepresiasi 0,63% ke 3.153,15.

Adapun KOSPI Korea Selatan turun 0,2% ke 3.264,81, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terpangkas 0,55% ke level 5.979,22.


Pasar saham China ditutup ambruk karena optimisme investor terkait pelonggaran kebijakan mulai memudar dan akibat kembali meningkatnya ketegangan antara AS-China yang membebani sentimen.

Pemerintah AS pada Selasa (13/7/2021) kemarin memperkuat peringatannya kepada bisnis tentang meningkatnya risiko yang memiliki rantai pasokan dan hubungan investasi ke wilayah Xinjiang China, karena adanya indikasi kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia.

"Saya mengamati setiap indikasi bahwa koreksi serius sedang berkembang, dan kembali memburuknya China-AS hubungan keuangan tentu bisa memicunya," kata Bill Witherell, kepala ekonom global di Cumberland Advisors, dikutip dari Reuters.

Padahal di awal pekan ini, sikap investor di China kembali optimis karena pemotongan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio/RRR) oleh bank sentral China (People Bank of China/PBoC), di mana pihaknya akan memangkas hingga 1 triliun yuan dari likuiditas jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Pemotongan RRR 50 basis poin dan dukungan fiskal tidak mungkin cukup untuk membalikkan ke tren kenaikan, karena hambatan dari sektor properti yang melambat terlalu kuat untuk diimbangi sepenuhnya," tulis Ting Lu, kepala ekonom China Nomura, dilansir dari Reuters.

Pasar saham Asia berjatuhan setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi Juni mencapai 5,4% secara tahunan, atau kenaikan yang tertinggi sejak Agustus 2008.

Inflasi Juni di AS dilaporkan melesat 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) dengan inflasi inti 4,5%. Angka itu jauh lebih tinggi dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang berujung pada inflasi tahunan 5%.

Sementara itu untuk inflasi inti yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi berada di angka 3,8%, tertinggi sejak September 1991.

"Indeks Harga Konsumen Juni yang panas membuat pasar waswas pagi ini," tutur Cliff Hodge, Kepala Investasi Cornerstone Wealth, seperti dikutip CNBC International.

Bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dijadwalkan berpidato di depan anggota Kongres pada Rabu dan Kamis tentang kebijakan moneter.

Sejauh ini dia menyatakan kebijakan uang longgar akan dipertahankan hingga ada perbaikan data tenaga kerja dan target inflasi.

Dari sisi kabar korporasi AS, JPMorgan dan Goldman Sachs mengawali musim laporan keuangan kuartal II-2021 dengan mencetak laba bersih di atas estimasi pasar. Bank of America, Citigroup, BlackRock, dan Wells Fargo dijadwalkan melaporkan kinerjanya pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Related Posts

0 Response to "IHSG Gak Sendirian Bursa Asia Babak Belur Shanghai Anjlok"

Post a Comment