Booster Vaksin yang Perburuk Kesenjangan Si Kaya dan Miskin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta seluruh negara melakukan moratorium atau penundaan penyuntikan booster vaksin atau dosis ketiga hingga akhir September.
Alasan yang dilontarkan WHO berdasarkan pemerataan mengingat masih ada negara yang kesulitan mendapatkan pasokan vaksin.
Masalah booster vaksin semakin memperlihatkan kesenjangan yang tajam antara negara kaya dan miskin di seluruh dunia. Hal itu bahkan masih terjadi setelah 1,5 tahun pandemi berlangsung.
Ketika vaksin Covid-19 ditemukan dan mulai diproduksi, negara-negara berduit juga memborong persediaan yang juga membuat negara dengan perekonomian pas-pasan gigit jari.
Menurut epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, kesenjangan vaksin memang sudah terjadi meski WHO memperjuangkan sekuat tenaga.
Pandu menganjurkan tidak perlu melarang penggunaan booster dan menyarankan memperkuat sektor penelitian yang mampu memberi jawaban kombinasi vaksin yang baik untuk perlindungan.
"Seharusnya bukan melarang booster, tetapi memperkuat riset yang menjawab kombinasi vaksin yang terbaik atau masih baik untuk melindungi penduduk dari perluasan varian," katanya, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/8).
Pandu mencontohkan pemerintah Indonesia perlu melakukan penelitian kombinasi vaksin Covid-19 yang cocok untuk program vaksinasi. Misalkan memadukan vaksin dengan metode pelemahan virus dan mRNA.
Pada Agustus tahun lalu WHO juga pernah memperingatkan supaya setiap negara tidak terjebak dengan apa yang mereka sebut "nasionalisme vaksin".
Nasionalisme vaksin adalah kondisi ketika suatu negara ingin mengamankan stok vaksin demi kepentingan warga negaranya sendiri.
Pernyataan itu muncul usai melihat ambisi negara besar seperti Rusia, China, Inggris berlomba-lomba menemukan vaksin virus corona yang dikhawatirkan akan memicu nasionalisme vaksin.
Sebab menurut WHO hal itu justru memperburuk situasi pandemi Covid-19.
Pada Juli lalu WHO juga meminta negara kaya tak perlu membeli vaksin booster.
"Kesenjangan global dalam pasokan vaksin Covid-19 sangat tidak seimbang dan tak merata. Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan mereka dan yang paling rentan," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada 12 Juli lalu seperti dikutip Reuters.
Booster Vaksin yang Perburuk Kesenjangan Si Kaya dan Miskin BACA HALAMAN BERIKUTNYA
0 Response to "Booster Vaksin yang Perburuk Kesenjangan Si Kaya dan Miskin"
Post a Comment